Sore hari 19 Januari 2018 lalu, sekitar pukul 16:30 waktu setempat, Rumah Budaya Indonesia di Berlin yang baru dibuka kembali sejak 29 Oktober 2017, ramai dikunjungi anak-anak Arche dan warga Indonesia di Berlin. Anak-anak yang hadir sore itu, mendapat sambutan yang hangat dengan sapaan dan suguhan kuliner Indonesia.
Apa yang sebenarnya terjadi disana? Sebuah ekskursi budaya bagi anak-anak Arche atas prakarsa Indonesia Für Deutschland (IFD). Acara ekskursi budaya yang digelar di Rumah Budaya Indonesia ini dibuka dengan sambutan dari Dr. Ahmad Saufi (Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin), yang dalam kesempatan ini diwakili Frau Birgit Steffan serta sambutan dari Ketua Panitia Proyek IFD ke-2, Fadhel Herlambang.
Antusiasme anak-anak Arche dalam mengikuti ekskursi budaya ini sudah tampak sejak awal, dimana beberapa anak mengajukan pertanyaan saat Fr. Birgit Steffan mengenalkan Indonesia dan program-program Rumah Budaya Indonesia dalam kata sambutannya. Tidak lama setelah sambutan tersebut, anak-anak mendapatkan cerita-cerita menarik tentang Indonesia yang dipaparkan oleh Husein Alkaff (Wakil ketua Tanfidziyah PCI-NU Jerman / Ketua PPI Berlin periode 2007-2009). Pada sesi tersebut, rasa keingintahuan tentang Indonesia dari anak-anak Arche rupanya sangat tinggi. Tampak dari rentetan pertanyakan yang diajukan hampir tanpa henti. Mereka tertarik dengan cerita banyaknya gunung berapi di Indonesia, kostum adat yang tercetak di banner sambutan milik Rumah Budaya Indonesia, dan terutama tertarik pada cerita dan gambar permainan-permainan tradisional yang ditampilkan saat itu.
Selanjutnya, para hadirin dihibur dengan pertunjukan musik angklung dari Gentra Pasundan. Gentra Pasundan juga mengajak para hadirin memainkan beberapa lagu Indonesia dan lagu Internasional dengan angklung yang sudah tersedia. Sebelum ditutup dengan foto bersama dan penyerahan donasi, para hadirin diundang untuk makan malam bersama dengan menu Mie Goreng khas Indonesia ala Restaurant Nusantara - Berlin dan jajanan lainnya yang merupakan sumbangan dari warga Indonesia. Anak-anak sangat menyukai hidangan Mie Goreng dan jajanan yang disajikan. Tidak ketinggalan, hidangan yang tersisa habis ludes dibungkus oleh anak-anak Arche untuk dibawa pulang.
Arche merupakan sebuah organisasi sosial independen yang bergerak dalam penanganan anak-anak berkebutuhan khusus di kehidupan sosialnya. Organisasi ini bermula datang dari inisiatif seorang rohaniwan bernama Bernd Siggelkow atas keprihatinannya pada kehidupan anak-anak terlantar. Dalam perkembangannya, Arche saat ini menjadi sebuah pusat kegiatan belajar dan bermain. Tidak hanya untuk anak-anak berkebutuhan sosial khusus, namun juga untuk anak-anak pada umumnya. Saat ini, Arche sudah berdiri di lebih dari 20 lokasi di Jerman, dan yang terbanyak adalah di Berlin. Lebih dari 4000 anak-anak dan remaja terlibat dalam berbagai kegiatan yang ditawarkan Arche. (sumber: http://www.kinderprojekt-Arche.eu/ueber-uns)
Komunitas "Indonesia Für Deutschland" (IFD) yang memprakarsai kegiatan ini adalah sebuah komunitas warga Indonesia di Jerman, yang memiliki misi memperkenalkan Indonesia kepada warga Jerman, dengan cara berbagi kepada mereka yang kurang beruntung. Gerakan sosial dan budaya ini awalnya diinisiasi oleh PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) Jerman, yang dalam kelanjutannya menjadi gerakan masyarakat Indonesia berbagai lapisan karena para sukarelawandan dari berbagai latar-belakang ikut bergabung dalam komunitas ini. Pada bulan Juni 2017 lalu, proyek Indonesia Für Deutschland Pertama berhasil mengumpulkan lebih dari 40 sukarelawan untuk turun ke jalan membagikan paket makanan kepada tunawisma di Berlin.
Pada proyek Indonesia Für Deutschland yang kedua ini, antusiasme yang cukup tinggi berupa dukungan lahir batin dan donasi datang dari KBRI Berlin, komunitas masyarakat muslim, kristen katolik, kristen protestan dan lainnya. Anggota-anggota berbagai organisasi masyarakat di Jerman, seperti PCINU Jerman, KMKI (Keluarga Mahasiswa Katolik Indonesia) Berlin, PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) Jerman Raya, IWKZ (Indonesisches Weisheits- und Kulturzentrum), Paguyuban Pasundan, dan ILUNI (Ikatan Alumni Universitas Indonesia) juga ikut terlibat aktif dalam kepanitiaan. Diharapkan, kegiatan sosial dan budaya seperti ini dapat terus berlanjut untuk meningkatkan kepedulian sesama manusia pada khususnya dan mempererat hubungan kedua negara pada umumnya.